Aliran
Filsafat India
Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Dosen Pembimbing: -
MAKALAH
LOGO
Nama kelompok 4:
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL’ULUM LAMONGAN
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT, kami ucapkan
atas selesainya makalah (Pengantar filsafat) ini. Tanpa ridho, hidayah, inayah-NYA mustahil penulisan makalah
ini bisa selesai secara tepat waktu.
Kami
ucapkan banyak terima kasih kepada/Ibu Dosen
yang telah membimbing dan mengajarkan Mata Kuliah Pengantar Filsfat ini
serta pihak-pihak yang bersangkutan yang telah membantu sehingga makalah ini
bisa terselesaikan.
Meskipun
demikian kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik dari semua pihak khususnya teman-teman seprofesi menjadi harapan
bagi kami guna perbaikan selanjutnya.
Akhirnya
permohonan dan harapan semoga apa yang telah kami lakukan mendapat ridho dan
kebaikan dari Allah SWT serta bermanfaat bagi para pembaca sebagai jembatan
ilmu pengetahuan. Amin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Lamongan,
25 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
2
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................. 4
A.
Latar Belakang...................................................................................... 4
B.
Rumusan
Masalah................................................................................ 5
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................
6
A.
Macam-macam Filsafat
India............................................................. 6
B. Perbedaan-perbedaan
Filsafat India................................................... 11
BAB
III PENUTUP....................................................................................... 12
A.
Kesimpulan.......................................................................................
12
B.
Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat
merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani yakni (Philosophia), yang terdiri dari kata (philos) yang berarti cinta atau suka,
dan (shopia) yang berarti bijaksana.
Dengan demikian secara etimologis filsafat memberikan pengertian cinta
kebijaksanaan (Praja, S, 2003:1-2). Secara garis besar perkembangan filsafat di
dunia dibagi menjadi 2 kubu, yakni filsafat yang mengacu ke timur (Asia) dan
filsafat yang mengacu pada barat (Eropa).
Dari
kedua kubu filsafat tersebut, yang pertama berkembang adalah filsafat yang
berasal dari timur. Filsafat timur sendiri sebenarnya terdiri dari tiga cabang
yang didasarkan pada periodeisasi dan wilayahnya, yaitu filsafat India,
filsafat Cina, dan filsafat Arab. Filsafat India mengarah dan berkembang pada (Hinduisme) dan (Buddhaisme), filsafat Cina mengarah kepada (Taoisme) dan (Confusianisme),
sedangkan filsafat Arab, tentu saja mengarah kepada Islam.
Mengacu pada periodeisasi filsafat
timur, filsafat yang berkembang pertama kalinya adalah aliran filsafat India.
Didalam aliran filsafat india terdapat beragam aliran yang banyak bersumber
dari kitab veda dan kesemuannya tersebut bersifat saling melengkapi dalam
persoalan-persoalan yang terjadi di zaman tersebut. Serta masih dijadikan
rujukan atau refrensi dikemudian hari sehingga aliran filsafat india tersebut
masih dipelajari dan dikembangkan sampai hari ini. Pembahasan
sejarah India akan selalu berkaitan juga dengan filsafat, sebab selain menjadi
bagian integral dalam sejarah juga merupakan kesatuan perkembangan agama di
India. Sejarah filsafat India seperti halnya di Tiongkok dan Yunani, yaitu
tumbuh dari perkembangan agama. Perbedaannya dengan di Tiongkok dan Yunani
adalah bahwa di India filsafat itu tidak dapat berkembang sendiri lepas dari
agama, serta menjadi suatu kekuatan rohani yang beridiri sendiri. Filsafat di
India senantiasa bersifat religius. Tujuan terakhir filsafat India adalah
keselamatan manusia didalam kehidupan sesudah kehidupan di dunia (kehidupan di
akhirat).
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan
membahas dan menerangkan tentang:
a. macam-macam aliran
filsafat india?
b. Apa ciri-ciri aliran filsafat india?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dalam
mempelajari makalah ini adalah:
a. mengetahui
macam-macam aliran filsafat india.
b. mengetahui ciri-ciri
aliran filsafat india.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam
Aliran Filsafat India
Dalam
aliran filsafat india yang semuanya bersumber dari kitab veda yaitu ada enam
macam aliran filsafat india. Namun semuanya saling melengkapi karena membicarakan
persoala-persoalan yang berbeda, diantaranya:
1.
Filsafat Nyanya yaitu ajaran yang
bersumber pada (Nyayasutra) ditulis
oleh Maharsi Aksapada Gautama, yang juga dikenal dengan nama
Aksapada dan Dirghatapas. Pada abad 4 SM (Nyanya)
secara umum juga dikenal sebagai (Tarka
Vada) diskusi dan perdebatan tentang suatu darsana atau pandangan filsafat,
karena (Nyanya) mengandung (Tarka-Vidya) ilmu perdebatan dan (Vada-Vidya) ilmu diskusi. Objek
utama dalam (Nyanya) adalah
perdebatan bahwa (Parameswara)
merupakan pencipta alam semesta. (Nyanya)
menegakkan keberadaan (Isvara) dengan
cara penyimpulan. Sehingga dikatakan (Nyanya)
merupakan sebuah sastra yang merupakan alat utama untuk meyakini sesuatu
objek dengan penyimpulan yang tidak dapat dihindari.
Dalam
penyimpulan kebenaran itu, Nyanya mendiskusikan melalui bantuan 4 cara pengamatan,
yaitu:
1). Pengmatan langsung (Pratyaksa Pramana).
2). Penyimpulan (Anumana Pramanan).
3). Perbandingan (Upamana Pramana).
4). Penyaksian (Sabda Pramana).
2. Filsafat Veiseshika yaitu aliran filsafat
yang berasal dari kata (Visesa) yang artinya kekhususan, yang
merupakan ciri pembeda dari benda-benda. Ajaran (Vaisesika) dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang menyusun (Vaisesika-sutra). Inti dari ajaran ini adalah (Padartha). (Padartha) secara harfiah berarti arti dari sebuah kata, tetapi
disini (Padartha) adalah suatu
permasalahan benda dalam filsafat. (Padartha)
merupakan suatu objek yang dapat dipikirkan (artha) dan diberi nama (pada).
Semua hal yang ada, dapat dinamai dan di amati, yaitu semua objek pengalaman
adalah (Padartha). Benda-benda
majemuk saling tergantung, sedangkan benda-benda sederhana sifatnya abadi dan
bebas. Dalam (Vaisesika Sutra)
terdapat 6 buah (Padartha):
1). Dravya, yakni benda-benda atau substansi yang berjumlah 9
substansi, yaitu (prthivi) tanah, (apah)
air, (teja) api, (vayu) udara, (akasa) ether, (kala)
waktu, (dis) ruang, (jiva) roh, dan (manas) pikiran.
2). (Guna) atau sifat-sifat jumlahnya 24, yaitu (rupa) warna, (rasa/gandha)
bau, (sparsa) sentuhan, (Samkhya) jumlah, (parimana) ukuran, (prthaktva)
keanekaragaman, (samyoga) persekutuan,
(vibhaga) keterpisahan, (paratva) (keterpencilan), aparatva (kedekatan), gurutva (bobot), dravatva (keenceran), (sneha)
kekentalan, (sabda) suara, (buddhi) pemahaman/pengetahuan, (sukha) (kesenangan), dukha (penderitaan), iccha (kehendak), dvesa (kebencian), (prayatna)
usaha, (dharma) kebajikan, (adharma) kekurangan, (samskara) sifat pembiakan sendiri.
3). (Karma) atau kegiatan yang terkandung dalam gerakan jenisnya ada 5
buah, (utksepana) gerakan ke atas, (avaksepana) gerakan ke bawah, (a-kuncana)
gerakan membengkok, (prasarana)
gerakan mengembang, (gamana) gerakan
menjauh atau mendekat.
4). (Samaya) bersifat umum menyangkut 2 permasalahan, yaitu sifat umum
lebih tinggi dan lebih rendah, jenis kelamin dan spesies.
5). (Visesa) atau kekhususan yang merupakan milik 9 substansi abadi dari
(dravya) yang kesemuanya memiliki
perbedaan akhir yang kekal, yang membedakan yang satu dengan yang lainnya.
Inilah yang menyebutkan sistem darsana ini disebut dengan (vaisesika darsana).
6). (Samavaya) keterpaduan satu jenis, yakni keterpaduan antara
substansi dengan sifatnya, antara jenis kelamin atau spesies dengan pribadinya,
antara sesuatu objek dengan pemikiran umum yang berhubungan dengannnya dan yang
dipikirkan menjadi satu kesatuan nyata.
3.
Filsafat
Samkhya ini
dibangun oleh Maharsi Kapila Muni, beliau yang menulis (Samkhyasutra). Di dalam
sastra (Bhagavatapurana) disebutkan
bahwa Maharsi Kāpila adalah putra Devahuti yaitu pembangun ajaran (Samkhya) yang bersifat (theistic).
Karya sastra mengenai (Samkhya) yang
kini dapat diwarisi adalah (Samkhyakarika) yang di
tulis oleh Isvarakṛṣṇa Ajaran (Saṁkhya) ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan dengan
termuatanya ajaran (Saṁkhya) dalam
sastra-sastra (Śruti, Smrti, Itihasa dan Purana).
Kata (Saṁkhya)
berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. (Samkhya) mempergunakan 3 sistem atau cara mencari pengetahuan
kebenaran, yaitu (pratyaksa)
pengamatan langsung, (anumana)
penyimpulan, (apta vakya) penegasan
yang benar.
Ajaran (Saṁkhya) bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas
dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas
yang saling bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu (purusa) dan prakrti. (Purusa) dan (prakrti) adalah (anadi)
tanpa awal dan (ananta) tak
terbatas). Ketidakberbedaan (a viveka)
diatara keduanya merupakan penyebab kelahiran dan kematian. Pembedaan antara purusa dan prakrti memberikan (mukti)
pembebasan. Baik (purusa) dan (prakrti) adalah (sat) nyata. (Purusa)
bersifat (asanga) tak terikat dan
merupakan kesadaran meresapi segalanya dan abadi. (Prakrt)i merupakan si pelaku yang tersusun atas asas materi dan
rohani yang memiliki dan terpengaruh oleh (Tri
Guna) atau sifat (sattvam), (rajas)
dan (tamas.)
4.
Filsafat Yoga yaitua aliran filsaft yang
dibangun oleh Maharsi Patanjali dan merupakan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata (Yuj) yang berarti berhubungan, yaitu
bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal (Paramatman/Mahapurusa).
Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai (Cittavrttinirodha) penghentian gerak pikiran. Roh pribadi dalam
system yoga memiliki kemerdekaan
lebih besar dan dapat mencapai pembebasan dengan tuhan. Sistem yoga, menganggap bahwa konsentrasi,
meditasi dan (samadi) akan membawa
pada (kaivalya) atau kemerdekaan.
Sistem yoga juga menganggap bahwa
dalam proses yoga, terkandung dalam
kesan-kesan dari keanekaragaman fungsi mental dan konsentrasi dari energi
mental pada (purusa) yang mencerahi
dirinya. Kitab Yogasutra, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan
mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut (Samadhipada), sedangkan
bagian kedua disebut (Sadhanapada) bagian ketiga disebut (Vibhutipada)
dan yang terakhir disebut (Kailvalyapada).
5.
Filsafat Mimamsaka atau Purva mimamsa, (Purva Mimamsa) didirikan oleh Maharsi Jaimini.
Pada mulanya (Purva Mimamsa) bukan
merupkan sistem filsafat, melainkan usaha untuk menjelaskan hakekat hukum,
peraturan atau kewajiban (dharma),
yang menurut sistem ini terdiri atas ketaatan terhadap perintah Veda dan larangan-larangannya.
Penganut (Purva
Mimamsa) disebut (Mimamsaka).
Kelompok (Mimamsaka) yang terkenal
adalah (Kumarila) dan (Prabharaka). Pandangan (Kumarila) mendekati pandangan terakhir (Advaita Vedanta) yang menetapkan bahwa (Veda)
disusun oleh tuhan dan merupakan (Brahman)
dalam wujud suara. (Moksa) adalah
keadaan yang positif baginya dan merupakan realisasi dari (atman). (Kumarila)
memiliki pandangan bahwa, pengetahuan tidak cukup guna membebaskan, tapi harus
digabungkan dengan (karma) kegiatan.
Sedangkan (Prabhakara) menyatakan
bahwa penghentian mutlak dari badan yang disebabkan hilangnya (dharma) dan (a-dharma) secara total,
yang kerjanya disebabkan oleh kelahiran kembali merupakan kelepasan atau
pembebasan mutlak, karena hanya dengan karma saja tidak akan dapat mencapai
pembebbasan akhir. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang sesungguhnya tentang
sang diri yang dapat menghalangi timbunan karma, yang dapat membebaskan dirinya
dari kelahiran kembali.
Menurut (Prabhakara)
menyatakan bahwa sumber pengetahuan kebenaran (Pramana) menurut Mimamsa
adalah sebagai berikut :
1).Pengamatan
langsung (Pratyaksa).
2).
Penyimpulan (Anumana).
3). Mengadakan
perbandingan (Upamana).
4). Kesaksian
kitab suci atau orang bijak (Sabda.)
5). Penyimpulan
dari keadaan (Arthapatti).
6). Pengamatan
ketidakadaan (Un-upalabdhi).
6. Filsafat Vedanta atau Uttara Mimamsa, Ajaran (Vedanta) sering juga disebut dengan (Uttara Mimamsa) yaitu penyelidikan yang kedua, karena ajaran ini
mengkaji bagian (Veda), yaitu (Upanishad). Kata (Vedanta) berakar kata dari (Vedasya) dan (Antah) yang
berarti akhir dari (Veda). Sumber
ajaran ini adalah kitab (Vedantasutra)
atau dikenal juga dengan nama (Brahmasutra). Pelopor ajaran ini adalah Maharsi Vyasa atau dikenal juga dengan nama Badarayana atau Krishna
Dwipayana.
Ada banyak sistem yang berkembang dalam (Vedanta) yang bersifat realis, pluralis,
monoistis dan idealis. Kesemua system itu menerima (Brahman) sebagai realitas tertinggi. Adapun beberapa bagian dari (Vedanta) yaitu:
1). (Sankara)
adalah system nondualistis, menurut (Sankara),
(Atman) sama dengan (Brahman) yakni esensi subjektivitas yang
bersatu dengan esensi dunia. Dunia seluruhnya tergantung pada (Brahman), tetapi (Brahman) tidak tergantung pada dunia. (Brahman) adalah dasar seluruh pengalaman, ia tidak sama dengan
dunia, tidak berbeda dengan dunia, tidak empiris, tidak objektif, bukan tidak
ada, sangat berbeda dari yang lain. (Moksa)
atau pembebasan diri dicapai dengan praktek devosi dan mewudjudkan nilai-nilai
etis. Ini dicapai selama orang hidup.
2). (Ramanuja) menekankan perbedaan dalam non
dualisme (Sankara). Dunia Diri, Brahman itu riil, tapi dunia dan diri
tergantung pada (Brahman). Diri
memiliki eksistemsi abadi, dunia atau materi diri dan (Brahman) membentuk satu kesatuan, tetapi diri dan dunia hanya
sebagai tubuh (Brahman). Diluar (Brahman) tidak ada apa-apa. Itu sebabnya
(Ramanuja) disebut nondualisme dengan
perbedaan yakni Brahman memiliki dua
bentuk, diri dan materi.setinggi apaun manusia merealisasikan diri, (Brahman) masih lebih tinggi. Manusia
harus selalu menghormati (Brahman),
itulah sebabnya (Ramanuja) menekankan
aspek kebaktian pada (Brahman).
3). (Madhava) aliran yang mengajarkan bahwa
dunia dan diri adalah realitas yang independen. (Brahman) merupakan eksistensi yang abadi, tapi dunia dan diri
bergantung pada (Brahman).
4). (Pasupata), (Sakti) dan (Pancarata),
ketiganya merupakan sekte yang berlawanan dengan (Veda). Dalam sistem pancarata, Wisnu sama dengan Brahman, tapi atribut-atributnya tak
dapat menampakakan diri tanpa sakti yang dinamakan Laksmi. Sakti ini memiliki
aspek yaitu aktivitas dan menjadi (activity
and becoming).
Bila
sakti itu aktif, keenam atribut Wisnu memanifestasikan diri dalam pengetahuan,
ke-Tuhanan, kemampuan, kekuatan, keperkasaan, dan kemuliaan.
Dalam
sistem (Pasupata) siwa. Siwa, sama
dengan (Brahman) dalam (Upanishad). Hakekatnya adalah “aku
murni”, tanpa atribut, tanpa keterangan, kesadaran murni.
Alirn-aliran
filsafat tersebut sudah kurang lebih sejak abak ke-2 SM.
B.
Perbedaan-perbedaan Aliran Filsafat India
Adapun
perbedaan antara keenam aliran filsafat tersebut sebagai bentuk saling
melengkapi dalam persoalan kehidupan. Perbedaan yang paling mencolok yang
pertama yakni filsafat nyanya membahas tentang pemikiran dan pembicaran yang
logis atau argumntasi logis. Yang kedua filsafat veiseshika yang membahas
tentang teori-teori ilmu fisika. Yang ketiga
aliran filsafat sasmkhya yang membahas tentang teori evolusi. Yang
keempat aliran filsafat yoga yang membahas tentang masalah-masalah yang
berkaitan tentang disiplin diri. Yang kelima alitan filsafat mimamsaka atau
purva mimamsa yang membahas tentang penafsiran kitab veda bagian permulan. Dan
yang terakhir yaitu aliran filsafat vedanta atau uttara mimamsa yang membahas
tentang masalah ketuhanan dan metafisika yang didasarkan atas kitab veda bagian
terakhir.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aliran filsafat india terbagi menjadi enam, yaitu aliran nyanya, aliran veiseshika, aliran
samkhya, aliran yoga, aliran mimamsaka/purva mimamsa dan vedanta/uttara mimamsa.
Semua itu barkaitan dengan agama (Hinduisme)
dan (Buddhaisme). Namun semuanya
tersebut bersifat saling melengkapi dalam berbagai permsalan kehidupan.
B.
SARAN
Tentunya didalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah
atau kurang tepat, sehingga kurang berkenan dalam hati pembaca, kami sebagai
penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Maka dari itu kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membagun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
inidikemudian hari.
Daftar Pustaka
Praja, Juhaya S. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta. Kencana
Maswinara,
I Wayan. 2006. Sistem Filsafat Hindu
(Sarva Darsana Samgraha). Surabaya. Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar