Senin, 19 Januari 2015

Makalah



BAB I 
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

          Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti ThalesPlato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan  kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembicaraan mengenai hakikat sangatlah luas, meliputi segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat ada adalah kenyataan sebenarnya bukan kenyataan sementara atau berubah-ubah.
Secara ringkas Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.
Ontologi juga merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah).
Sedangkan Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji persoalan seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Dalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran, seperti Monoisme, dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan agnotisime.



B.  Rumusan Masalah
1.      Pengertian ontologi
2.      Karakteristik ontologi
3.      Komponen-komponen ontologi
4.      Aspek ontologi

C.  Tujuan
1.      Mengetahui Pengertian ontologi
2.      Mengetahui Karakteristik ontologi
3.      Mengetahui Komponen-komponen ontologi
4.      Mengetahui Aspek ontologi

 D.  Manfaat
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
  1. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
  2. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.










BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Ontologi
Menurut  bahasa, Ontologi  berasal dari  bahasa  Yunani, yaitu On/Ontos = ada/keberadaan, dan Logos = pemikiran (Loren Bagus:2000). Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai yang ada dan keberadaanya atau ilmu tentang yang ada. Selanjutnya,menurut A.R Lacey, ontologi diartikan sebagai “a central part of metaphisics”(bagian sentral dari metafisika).Sedangkan metafisikadiartikan sebagai “that which comes after ‘physich’,.....the student of nature in general”(hal yang hadir setelah fisika...studi umum mengenai alam). Dalam metafisika,pada dasarnya dipersoalkan mengenai substansi atau hakikat alam semesta. Apakah alam semesta ini berhakikat monistik atau pluralistik,bersifat tetap atau berubah-ubah,dan apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (aktual) atau kemungkinan (potency).
Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau panca indera. Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri.

Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persolan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin adalah realitas, realita adalah ke-real-an, riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.

2.      Karakteristik Ontologi
Beberapa karakteristik ontologi,seperti yang telah diungkapkan Bagus,dan dapat  disederhanakan sebagai berikut.
1.      Ontologi adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”,tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak.
2.      Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin,dengan menggunakan kategori-kategori seperti :ada atau menjadi,aktualitas atau potensialitas,nyata atau penampakan,esensi atau eksistensi,kesempurnaan,ruang dan waktu,perubahan, dan sebagainya.
3.      Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada,yaitu Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi,Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya.
4.      Cabang filsafat yang mempelajari tentang status  realitas apakah nyata atau semu,apakah pikiran itu nyata,dan sebagainya.

3.  Komponen-komponen Ontologi
Komponen-komponen yang akan diuraikan pada pembahasan saat ini, meliputi :

 1. Objek Formal ontology.
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, sedangkan telaahnya akan menjadi kualitatif.Realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Sedangkan menurut Al-Farabi dan Ibnu Zina objek pemikiran menjadi objek sesuatu yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya sendiri. Referensi tentang kesemuanya itu cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya lebih di jelaskan. Ontologi di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.

2. Metode dalam Ontologi
.
Metode dalam ontology menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu:
1.      Abstraksi fisik, menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek
2. Abstraksi bentuk, mendeskripsikan sifat umum yang        menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis
 3. Abstraksi metaphisik. mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu :
pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
            pembuktian a priori adalah pembuktian yang tidak diperoleh dari percobaan/eksperimen tetapi bersumber dari akal itu sendiri dan pembuktian a posteriori adalah pembuktian yang diperoleh dari eksperimen/pengalaman indrawi.Pembuktian apriori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
            Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori.
             Yang apriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan
.
Suatu Contoh

1.      Pembuktian a priori
Yang Memakai baju toga adalah calon sarjana
Pak Syarifudin memakai baju toga
Jadi,  Pak Syarifudin calon sarjana

2.      Pembuktian a posteriori
Pak Lukman merupakan mantan lurah Cimindi
Pak Lukman seorang Pengusaha Emas
Jadi, Salah seorang mantan lurah Cimindi adalah seorang pengusaha emas
.

4. Aspek Ontologi
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
1.      Metodis yaitu, Menggunakan cara ilmiah
2.           Sistematis yaitu Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu    keseluruhan
3.           Koheren yaitu, Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
4.          Rasional yaitu, Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
5.           Komprehensif yaitu, Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
6.          Radikal yaitu, Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
7.        Universal yaitu, Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.

Contoh aspek ontologi pada ilmu matematika
Aspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a.       Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b.      Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c.      Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan tidak bertentangan
d.      Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
e.      Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai sudaut pandang)
f.      Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksioma Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan di mana saja.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan tersebut, penyusun dapat menyimpulkan bahwa ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti teori tentang keberadaan sebagai keberadaan. Pada dasarnya, ontologi membicarakan tentang hakikat tentang segala sesuatu. Hakikat disini berarti kenyataan yang sebenarnya (bukan kenyataan yang fatamorgana). Jadi, dapat disimpulakan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu.
B.     Saran
      Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan sehingga perlu disempurnakan lagi di kesempatan yang akan datang.














DAFTAR PUSTAKA
Ani. 2011. Aspek Ontologi dalam Filsafat Ilmu. (http://bermenschool.wordpress.com/ 
Bakhtiar, Amsal,  Filsafat Ilmu. Jakarta
Suriasumantri, J.S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar